Jumat, 04 Januari 2013

Batalkan Penerbangan, Air Asia di Hukum MA 50 Juta ke Boedi

Mahkamah Agung (MA) bergeming atas permohonan kasasi yang diajukan oleh maskapai penerbangan internasional AirAsia. Alhasil, AirAsia tetap dihukum membayar kerugian immateriil penumpang Hastjarjo Boedi Wibowo sebesar Rp 50 juta dan materiil sebesar Rp 806 ribu. “Menolak kasasi PT Indonesia Air Asia,” Putusan ini diketok oleh ketua majelis hakim Dr Abdurrahman dengan anggota Dr Sofyan Sitompul dan Habiburrahman. dengan Putusan bernomor 1391 K/PDT/2011 ini diketok pada 22 November 2012 dengan panitera pengganti Suhardi. Seperti diketahui, Boedi hendak yang berprofesi sebagai dosen di Universitas Bina Nusantara Jakarta mendapat undangan untuk menjadi pembicara tunggal pada Workshop Program Studi Desain Komunikasi Visual Institut Seni Indonesia (ISI)Yogyakarta yang akan dilaksanakan pada tanggal 12 Desember 2008. Untuk memenuhi undangan tersebut, Hastjarjo memesan dan membeli tiket pesawat dengan jadwal penerbangan 12 Desember 2008 pukul 06.00 WIB dari Jakarta menuju Yogyakarta dengan nomor penerbangan No. QZ7340. Boedi juga membeli tiket pulang pada 14 Desember 2008 pukul 16.32 WIB dari Yogyakarta menuju Jakarta dengan nomor penerbangan No. QZ7345. Tanggal 11 Desember 2008 pukul 14.00 WIB, Penggugat menerima SMS dari Tergugat yang berisi “AIRASIA: YOUR FLIGHT QZ7340 CGK-JOG 12DEC08 AT 06.00 MOVED TO QZ7344 AT 15.05, INFO CALL 021-50505088. SORRY FOR THE INCOVENIENCE CAUSES. THANK YOU Sender: AIRASIA.” Dengan adanya pembatalan tersebut, Penggugat tidak dapat menggunakan tiket pesawat tujuan Jakarta-Yogyakarta yang telah dibeli dari Tergugat sehingga Penggugat terpaksa membeli tiket penerbangan lain dan mengeluarkan biaya lagi untuk membeli tiket kereta api eksekutif Argo Wilis dan yang pada akhirnya menyebabkan Penggugat terlambat 1 jam tiba di lokasi workshop. Atas pembatalan sepihak ini, Boedi menggugat AirAsia dan dikabulkan oleh Pengadilan Negeri (PN) Tangerang pada 2 Februari 2010. Tidak terima, AirAsia mengajukan banding tetapi Pengadilan Tinggi (PT) Jakarta pada 18 Oktober 2010 menguatkan vonis PN Tangerang. AirAsia lalu mengambil perlawanan hukum terakhir ke MA tetapi kandas.disadur dari : Info Penerbangan.com

Kamis, 03 Januari 2013

Citilink Siapkan Operasi ATR 72 - 600 Untuk Rute Sumatera

PT Citilink Indonesia berencana mengoperasikan lima unit pesawat ATR 72-600 terbarunya dari hub maskapai di Batam pada 2013. Dari Batam, Citilink bakal membuka rute baru ke sejumlah wilayah yang bisa diterbangi oleh pesawat yang dibeli pabrikan eropa tersebut. “Dari Batam, rencananya kami akan membuka delapan rute baru di Sumatera dan sekitarnya, dengan jumlah frekuensi penerbangan sebanyak 46 kali per hari,” kata Arif Wibowo, Direktur Utama Citilink. Seperti diberitakan sebelumnya, Citilink dipastikan bakal memesan 25 unit ATR 72-600, dengan opsi pembelian sebanyak 25 pesawat tambahan. Rencananya, pengiriman pertama bakal dilakukan mulai September 2013. Seperti dilansir Tribunnews dari Aviation Week, Citilink sepakat untuk mendaratkan 25 unit pesawat ATR 72-600 di Indonesia, setelah pabrikan ATR bersedia menyediakan pilot asing dan teknisi untuk perawatan pesawat. “Lima pesawat akan dikirim pada September 2013. Sedangkan sisanya akan dikirim bertahap hingga 2015. Sementara, jika opsi pembelian 25 pesawat tambahan diubah menjadi pesanan oleh Citilink, maka jadwal pengirimannya akan sampai 2017,” kata Arif. Sebelum menjatuhkan pilihan pada ATR 72-600, awalnya Citilink juga membidik Bombardier Q400. Pada tender yang diikuti oleh ATR dan Bombardier, Citilink meminta peserta tender untuk menyediakan pilot, dan hanya ATR yang menyetujui syarat tersebut. Dengan kondisi tersebut, sampai tiga tahun ke depan Citilink masih akan bergantung pada pilot asing, hingga pilot lokal milik Citilink menyelesaikan pelatihan ab initio di sekolah penerbangan dan kemudian memiliki type-rating untuk pesawat ATR 72-600. Pelatihan type-rating ATR 72-600 akan dilakukan di pusat pelatihan simulator baru milik ATR di Singapura. Arif menuturkan, ada tiga kunci dalam memilih tipe pesawat, yaitu harga pesawat, sistem pembayaran (financing), dan performa pesawat. Selain itu, Citilink juga mendapat tawaran dari ATR agar mendapatkan bantuan dari lembaga kredit ekspor Eropa juga menjadi salah satu pertimbangan perusahaan memilih ATR 72-600.disadur dari: infopenerbangan.com

Rabu, 02 Januari 2013

Tiga Maskapai Ajukan Extra Flight ke Surabaya

Menyambut momen libur hari raya Natal dan Tahun Baru 2013, tiga maskapai nasional mengajukan penambahan frrekuensi penerbangan ke pengelola Bandara Internasional Juanda, Surabaya. Ketiga maskapai tersebut adalah, Batavia Air, Merpati Nusantara, dan Lion Air. Sejumlah rute yang ditambah yaitu rute ke Jakarta, Kupang, Lombok, Denpasar, Ujung Pandang dan Medan. “Pada rute Internasional penerbangan, tambahan hanya diajukan oleh China Airlines dengan tujuan Taipei,” kata Saryo, Humas PT Angkasa Pura I. Sementara penambahan jam terbang (extra flight), juga dilakukan di rute-rute tersebut 1 hingga 2 kali dalam sehari selama long weekend berlangsung. Rute Jakarta masih menjadi favorit tujuan penumpang dari Bandara Juanda dan masih merupakan rute dengan pergerakan paling padat. Sebanyak 36 persen penumpang dari Bandara Juanda menuju ke Jakarta, dengan 50 penerbangan dalam sehari sejak pukul 06.00 WIB hingga 23.00 WIB. Setelah Jakarta baru Balikpapan dan Banjarmasin, disusul Bali dan Lombok. Pihaknya memprediksi, pergerakan pesawat akan meningkat 6 persen-14 persen dibanding tahun lalu menjadi 5.055 pesawat, sedangkan pergerakan penumpang diperkirakan mengikuti di kisaran 16 persen-23 persen menjadi 652.178 penumpang. “Tingginya prediksi pergerakan penumpang itu karena libur Natal dan Tahun Baru kali ini bersamaan dengan libur sekolah,” katanya. Monitoring lalu lintas udara Natal dan Tahun Baru 2013 di Bandara Internasional Juanda Surabaya dilakukan sejak H-3 Natal-H+3 Tahun baru (22 Desember-4 Januari 2013). Dalam monitoring, semua pihak di lingkungan bandara disatukan dalam posko terpadu yang menjamin kelancaran, kenyamanan, dan keamanan penumpang pesawat selama libur Natal dan Tahun Baru 2013.

Selasa, 01 Januari 2013

Sriwijaya Berencana Akan Membuka Jalur Bungo - Jakarta

Maskapai Sriwijaya berencana akan membuka penerbang di bandara Muara Bungo – Jakarta. Manager Sriwijaya Air, Fajar ketika dikonfirmasi mengatakan masih dalam tahap feasibility study (FS) atau studi kelayakan bandara. Fajar belum bisa memastikan kapan akan mulai melakukan penerbangan dan seperti apa rute penerbangan nantinya. Saat ini maskapai Sriwijaya lebih fokus ke pergantian pesawat. “Belum, sampai saat ini masih dalam proses feasibility study. Kita masih fokus untuk replacing aircraft, dari boeing 737-200 menjadi boeing 737 300/400/500w dan 800 NG,”. bisa saja ada maskapai yang akan melakukan penerbangan di Bungo-Jakarta. Untuk studi kelayakan memang diperlukan oleh maskapai, ini untuk menunjang pesawat saat landing, dan mengetahui bagaimana kelayakan bandara tersebut. “Kita lihat saja nanti, mungkin memang ada maskapai yang akan melakukan penerbangan di Bungo,” katanya dihubungi melalui ponsel. Ditanya soal rute penerbangan dari Jambi-Bungo dan Bungo-Jambi saat ini, Alzog bilang belum ada laporan atau izin secara resmi pesawat apa yang akan melakukan penerbangan, rute, dan jadwal pastinya. Katanya beberapa waktu lalu pesawat Susi Air memang sudah melakukan penerbangan perdana Bungo-Jambi. Tetapi saat ini belum ada kelanjutan atau proses izinnya. “Kita belum menerima laporan atau izin dari maskapai baik untuk membuka loket atau melakukan penerbangan,” katanya.Disadur dari : infopenerbangan.com

Jumat, 21 Desember 2012

Pesawat Air Berlin Alami Alami Pecah Ban di Bandara Phuket

Sebuah pesawat jet Airbus A330, milik maskapai penerbangan komersil, Air Berlin yang tengah mengangkut 249 orang penumpang mengalami pecah ban. Kecelakaan terjadi saat melakukan pendaratan darurat dramatis di sebuah pulau resor di Thailand akibat mengalami masalah mesin. Pesawat itu berada sekitar satu jam perjalanan dari bandara Phuket, Thailand, menuju bandara Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UAE), ketika mengalami masalah mesin, di Kamis (20/12/2012). Pihak maskapai, mengatakan seluruh penumpang, tidak terluka ketika pesawat melakukan pendaratan darurat, di bandara Phuket. “Sebuah pendaratan darurat terjadi, setelah pilot mengatakan kepada menara kontrol mesin pesawat sebelah kiri mengalami masalah,” kata Direktur Bandara, Prathuang Sornkhom. “Ban pesawat meledak karena bantingan keras jet ke landasan pacu,” katanya. Akibatnya bandara harus ditutup selama enam jam untuk memastikan keselamatan landasan pacu bandara.disadur dari : infopenerbangan.com

Kamis, 20 Desember 2012

Citilink Pemenang Penghargaan Top Executive Level

Citilink, maskapai penerbangan berbiaya murah (LCC), mendapatkan penghargaan, penghargaan ini diberikan secara langsung oleh Kemal Effendi Gani, Pemimpin Redaksi Majalah Mix Marketing Communications kepada Arif Wibowo, CEO PT Citilink Indonesia. Penghargaan ini dilaksanakan sebagai bentuk apresiasi dan kontribusi Majalah Mix Marketing Communication terhadap aktifitas Marketing Communication di Indonesia, sebagai salah satu pemenang penghargaan untuk Top Executive Level. CEO PT Citilink Indonesia, Arif Wibowo dalam mengatakan, satu lagi penghargaan yang diterima oleh Citilink di penghujung tahun 2012 ini, dengan total ada 3 penghargaan yang diterima. Prestasi yang cukup membanggakan bagi Citilink di umurnya yang masih balita. Citilink selama 2012 memang gencar melakukan gebrakan dan memperbanyak aktifitas komunikasi pemasaran, agar masyarakat mengenal brand baru Citilink yang telah menjadi maskapai mandiri ini. “Semoga penghargaan-penghargaan yang diterima Citilink tahun ini menjadi semangat para karyawan untuk memberikan pelayanan yang lebih baik lagi, demi kemajuan maskapai nasional Indonesia,” ujar Arif Wibowo. Pada Desember 2012, Citilink telah mendapatkan 2 penghargaan dinobatkan sebagai maskapai penerbangan nasional terbaik untuk kategori Transportasi dalam penghargaan Anugerah Adikarya Wisata 2012 dan Indonesia Leading Low Cost Carrier pada Indonesia Travel and Tourism Award 2012.Disadur dari : infopenerbangan.com

Rabu, 19 Desember 2012

Cerita Lion Air Yang Nyaris Tabrakan

Tragedi tabrakan pesawat di udara nyaris melanda dua pesawat Lion, Minggu (16/12/2012) lalu. Kedua pilot kehilangan arah hingga hampir near miss (tabrakan) di udara, akibat tiadanya panduan sistem radar Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang lumpuh sekitar 15 menit.Radar udara Bandara Soekarno-Hatta (Soetta) Cengkareng, sempat mati selama 15 menit, setelah Uninterruptible Power Supply (UPS) terbakar. Runyamnya, UPS ini terbakar setelah listrik bandara padam. Peristiwa near miss itu terungkap setelah Menteri Koordinator Perekonomian, Hatta Rajasa memerintahkan investigasi terbakarnya UPS dalam sistem radar Air Traffic Controller (ATC) Bandara Soetta, Senin (17/12/2012). “Saya tidak tahu (penyebabnya), ada sistem yang terbakar. Ini harus diinvestigasi, karena menyangkut keselamatan penumpang dan image bangsa dalam dunia penerbangan internasional,” kata Menko Perekonomian, Hatta Rajasa di Istana Negara Jakarta. Mantan Menteri Perhubungan itu menjelaskan, peristiwa 15 menit itu nyaris membuat petaka dunia penerbangan di Indonesia. “Hampir terjadi near miss antara dua pesawat, Lion dan Lion. Yang Lion return to base (RTB), RTB ke masing-masing tempat, dan dua pesawat divert (alih) ke Semarang,” tutur Hatta. Hatta mengemukakan, pesawat di udara terbang tanpa panduan sekitar 15 menit. Padahal, 15 menit di udara itu waktu yang panjang. “Jadi selama 15 menit itu blackout, panjang waktunya di udara,” tandasnya. Begitu mendapat informasi adanya kerusakan sistem radar di bandara, pihaknya menghubungi Dirjen Perhubungan Udara dan meminta kronologi dan investigasi kasus ini. Dari penjelasan yang didapatkan, Hatta menyatakan ada kerusakan UPS. Hatta mengemukakan, dari aspek material memang tak menyebabkan kerugian terlalu besar dibanding nyawa ratusan penumpang di udara. “Tapi matinya radar dalam penerbangan itu, sangat mengerikan. Dan, tidak boleh terjadi,” ungkapnya. Hatta meminta segera dilakukan investigasi terbakarnya UPS dalam sistem radar di ATC itu, untuk segera diinvestigasi dan perangkatnya dimodernisasi. “Karena landing di tempat kita itu sudah sangat padat. Harus triple, mungkin untuk menjaga keamanan,” katanya. Terbakarnya pasokan listrik dari UPS menuju ATC, otomatis menyebabkan sistem radar pemantau lalu lintas udara mati. Panduan udara untuk pilot pun sirna. Peristiwa berbahaya ini berlangsung sekitar 15 menit, dan dalam rentang waktu itu, dua pesawat Lion Air akan melakukan pendaratan di landasan sepanjang 3.400 meter persegi. Beruntung kedua pilot mampu membawa penumpangnya hingga landing dengan selamat. Bandara Soetta sempat mengalami kekacauan, termasuk berdampak pada gangguan 64 penerbangan di Tanah Air. “Penerbangan yang tertunda akibat peristiwa ini, 39 penerbangan dari Bandara Soekarno-Hatta, tiga penerbangan dialihkan dan 22 penerbangan menuju Bandara Soekarno-Hatta,” kata Corporate Secretary PT Angkasa Pura II, Trisno Heriyadi. Penyebab radar di bagian ATC tower mati itu lantaran UPS terbakar sekitar pukul 16.50 WIB. Baru pukul 18.05 demi keamanan penerbangan, penerbangan incoming dan departure di- release bertahap setiap 10 menit selanjutnya tiap 5 menit. Sehubungan bergesernya jadwal sejumlah penerbangan (delayed) dari dan menuju Bandara Soeta, pihak AP II minta maaf. “Kami atas nama Manajemen PT Angkasa Pura II meminta maaf atas ketidaknyamanan ini,” kata Trisno. Kementerian Perhubungan tak membantah near miss dua pesawat Lion Air, akibat radar bandara mati. Menurut Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemenhub, Bambang S Ervan, kedua pesawat itu jaraknya kurang dari ketentuan batas keselamatan. “Ya kemungkinan (tabrakan) ada, tapi saya belum dapat datanya,” kata Bambang di Jakarta, Senin (17/12/2012). Aturannya, kata Bambang, ada standar jarak minimal atas-bawah-kiri-kanan pesawat di udara. “Nah pesawat yang near miss itu, kurang dari jarak minimal yang distandarkan. Jarak antar atas-bawah-kiri-kanan itu kalau tak salah 1.000 feet, itu kurang dari 1.000 feet,” jelasnya. Near miss menggambarkan peristiwa tak direncanakan dan tak menimbulkan kehancuran, tapi potensial menimbulkan kehancuran. Near miss dalam dunia penerbangan populer disebut hampir tabrakan antarpesawat di udara. Standar minimal resmi, jarak antarpesawat agar tak mengalami near miss, lima nautical mile (NM) atau 9.260 meter secara horisontal dan 1.000 kaki (304,8 meter) secara vertikal. Jika jarak kedua pesawat secara horisontal dan vertikal kurang dari ketentuan itu, kategori near miss.Disadur dari : infopenerbangan.com